Pelajar Tewas Ditembus Peluru Rakitan
BELINYU, BANGKA POS - Suparmo alias Aliong (20), warga Parit V Pelaben Belinyu tewas tertembus peluru rakitan yang meletus dari senapan angin miliknya sendiri, Kamis (9/4) malam. Hingga menjelang ajal, peluru tersebut masih bersarang di kepala korban.
Peristiwa yang mengagetkan keluarga dan tetangga korban ini bermula ketika Aliong ingin memburu kelelawar yang banyak hinggap di pohon pekarangan rumah mereka, sekitar pukul 20.15 WIB.
Aliong mengambil senapan angin. Satu per satu peluru (mimis) keluar dari moncong senjata milik remaja Pelaben itu. Saking banyaknya kelelawar hingga Aliong kehabisan peluru, tetapi korban tak kehabisan akal. Entah darimana Aliong mendapat inspirasi menggunakan gerigi pemutar korek api gas sebagai pengganti mimis.
Barang itu dimasukkannya ke dalam laras senapan angin, tapi apa yang terjadi, senjata pemburu milik korban tak bisa beroperasi alias macet karena amunisi rakitan itu tidak sesuai dengan peruntukannya.
Berkali-kali Aliong menarik pelatuk senapan, namun tidak meletus juga. Korban yang sejak tadi penasaran, terus mengutak-atik senapan angin berisi gerigi roda korek api gas, dengan harapan dapat beroperasi sebagaimana biasa.
Entah lupa akan bahaya, atau mungkin karena panik dan ingin senapan miliknya bisa kembali digunakan, Aliong pada suatu kesempatan mengarahkan moncong senapan angin ke wajahnya untuk lebih jauh lagi memeriksa kerusakan pada senapan angin tersebut. Saat bersamaan jari tangan Aliong menekan pelatuk.
Tak disangka, tiba-tiba senapan angin itu meletus. Gerigi roda korek api berwujud besi itu melesat mengenai mata sebelah kiri korban hingga menembus rongga kepala. Aliong seketika terjatuh. Darah mengucur deras dari matanya. Korban pun mengerang kesakitan.
Keluarganya bergegas keluar rumah guna mencari tahu suara letusan dan teriakan keras tersebut. Alangkah kagetnya keluarga Aliong saat itu tatkala menyaksikan korban sudah terkapar dengan kondisi pada bagian wajah berlumuran darah segar.
Aliong beberapa saat setelah kejadian sempat tak sadarkan diri. Korban segera dilarikan ke puskesmas untuk mendapatkan pertolongan. Namun sayang, petugas medis puskesmas tak dapat berbuat banyak karena keterbatasan peralatan. Akhirnya pihak puskesmas menyarankan keluarga segera membawa korban ke rumah sakit di Pangkalpinang malam itu juga.
Sampai di rumah sakit, Aliong pun mendapat pemeriksaan lanjutan dari petugas medis. Hasilnya, Aliong harus menjalani operasi untuk mengeluarkan peluru rakitan yang bersarang di rongga kepalanya.
Operasi rencananya dilaksanakan keesokan harinya. Namun Jumat (10/4) sekitar pukul 04.00 WIB, ajal lebih dahulu menjemput korban.
Murni Kecelakaan
Kapolsek Belinyu AKP Bagus Cahyo Laksono seizin Kapolres Bangka AKBP Norman Widjajadi membenarkan adanya kejadian tersebut. Aliong saat ini masih tercatat sebagai pelajar SMK di Belinyu.
Kapolsek menegaskan pihaknya sudah meminta keterangan sejumlah saksi termasuk memeriksa barang bukti. Hasilnya, Aliong tewas bukan akibat tindak kejahatan.
“Kejadian ini murni kecelakaan. Pihak kita sudah melakukan penyelidikan terhadap kasus ini,” kata Bagus saat dikonfirmasi, Jumat siang.
Kapolsek menghimbau masyarakat berhati-hati menggunakan senjata jenis apapun. “Sebab kalau tidak hati-hati senapan angin pun bisa menghilang nyawa seseorang,” kata Bagus. (rap)
Sabtu, 11 September 2010
Merampok dengan Senapan Angin
JAKARTA - SURYA- Kembali, aksi perampokan sopir taksi terjadi lagi. Kali ini dialami Taksi Express yang dikemudikan oleh Dwiyanto, 45 tahun, saat melintas di terowongan Casablanca, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (18/08/2010) dinihari. Pelaku bernama Eric Wibisono sempat mengancam sopir dengan senapan angin. Namun, pelaku dibekuk setelah sopir menguncinya di dalam taksi.
Kejadian perampokan tersebut bermula ketika pelaku naik taksi Express dengan nomor polisi B-2444-MH dari Mal Ambasador menuju Kampung Melayu. Namun ketika sampai di terowongan Casablanca, Tebet, leher Dwiyanto ditodong senapan angin. Perampok meminta sopir tersebut untuk menyerahkan taksi dan menyuruhnya keluar.
Dwiyanto pun keluar dari taksi. Namun, ia membawa serta kunci dan mengunci Eric di dalam taksi. Kemudian korban berteriak minta tolong.
Teriakan minta tolong korban tersebut didengar oleh petugas Polsek Metro Setiabudi yang sedang patroli di kawasan tersebut. Sehingga pelaku berhasil dibekuk tanpa perlawanan.
Akibat perbuatannya, pelaku digelandang ke Mapolsek Metro Setiabudi Jakarta Selatan untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut. joy/portal kriminal
Kejadian perampokan tersebut bermula ketika pelaku naik taksi Express dengan nomor polisi B-2444-MH dari Mal Ambasador menuju Kampung Melayu. Namun ketika sampai di terowongan Casablanca, Tebet, leher Dwiyanto ditodong senapan angin. Perampok meminta sopir tersebut untuk menyerahkan taksi dan menyuruhnya keluar.
Dwiyanto pun keluar dari taksi. Namun, ia membawa serta kunci dan mengunci Eric di dalam taksi. Kemudian korban berteriak minta tolong.
Teriakan minta tolong korban tersebut didengar oleh petugas Polsek Metro Setiabudi yang sedang patroli di kawasan tersebut. Sehingga pelaku berhasil dibekuk tanpa perlawanan.
Akibat perbuatannya, pelaku digelandang ke Mapolsek Metro Setiabudi Jakarta Selatan untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut. joy/portal kriminal
Seorang Bocah Tewas Tertembak Senapan Angin
UNGARAN – Arya Widyatama (11) warga Dusun Susukan Kecamatan Ungaran Timur, meninggal dunia pada Kamis (12/8/2010) malam, setelah sebelumnya pada Kamis (12/8/2010) siang, korban tertembak senapan angin milik Kuat, saat keduanya berburu burung di wana wisata Penggaron Ungaran
Menurut saksi, Ahmad Arkanudin atau Udin, teman bermain korban mengatakan, saat itu mereka bertiga pergi ke wana wisata Penggaron dan mencari buruan. Namun tiba-tiba, pelaku Kuat yang diduga senjatanya meletus, langsung mengenai korban Arya dan tembus ke dada sebelah kiri
Sementara untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, pelaku Kuat langsung diamankan oleh aparat Polres Semarang. Sementara itu diperoleh informasi, bahwa pelaku Kuat ternyata merupakan penjaga rumah milik AKBP Latief Usman yang saat ini bertugas di Polda Jawa Timur. Hingga saat ini, pelaku masih diamankan polisi
Sementara itu sjeumlah wartawan hingga saat ini belum bias memperoleh klarifikasi secara pasti, apakah Kuat sengaja menembakkan senapan anginnya atau karena keteledoran semata. Hingga saat ini Kapolres Semarang, AKBP Hariyanta, belum bias dikonfirmasi wartawan perihal kasus tewasnya korban warga Susukan tersebut. (Arif Syarifudin)
Menurut saksi, Ahmad Arkanudin atau Udin, teman bermain korban mengatakan, saat itu mereka bertiga pergi ke wana wisata Penggaron dan mencari buruan. Namun tiba-tiba, pelaku Kuat yang diduga senjatanya meletus, langsung mengenai korban Arya dan tembus ke dada sebelah kiri
Sementara untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, pelaku Kuat langsung diamankan oleh aparat Polres Semarang. Sementara itu diperoleh informasi, bahwa pelaku Kuat ternyata merupakan penjaga rumah milik AKBP Latief Usman yang saat ini bertugas di Polda Jawa Timur. Hingga saat ini, pelaku masih diamankan polisi
Sementara itu sjeumlah wartawan hingga saat ini belum bias memperoleh klarifikasi secara pasti, apakah Kuat sengaja menembakkan senapan anginnya atau karena keteledoran semata. Hingga saat ini Kapolres Semarang, AKBP Hariyanta, belum bias dikonfirmasi wartawan perihal kasus tewasnya korban warga Susukan tersebut. (Arif Syarifudin)
Bocah Usia 12 Tahun Tertembak di Rumdin Gubernur Jabar
BANDUNG - Polrestabes Bandung hingga kini masih menyelidiki insiden penembakan bocah berusia 12 tahun yang terjadi di Gedung Pakuan, rumah dinas Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, pada Jumat lalu (3/9). Meski telah memeriksa empat saksi, polisi belum menetapkan tersangka dalam kasus tersebut.
''Hingga kini, pemeriksaan masih berjalan,'' tutur Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Tubagus Hidayat ketika dihubungi Radar Bandung (Jawa Pos Group) via telepon kemarin (4/9).
Tubagus hanya menyebutkan bahwa para saksi yang diperiksa tersebut, antara lain, petugas cleaning service bernama Suhaya, sopir, dan kepala subbagian rumah dinas bernama Yeni. Belum diketahui hasil penyelidikan polisi karena pemeriksaan dilakukan secara tertutup. Wartawan dilarang meliput pemeriksaan itu.
Insiden penembakan tersebut terjadi sekitar pukul 13.00 Jumat lalu. Saat itu bocah berinisial RZ, 12, tertembak senapan angin di kamar anak Ahmad Heryawan. RZ adalah teman sepermainan A, anak Heryawan yang duduk di bangku sekolah dasar.
Dari informasi yang dihimpun Radar Bandung menyebutkan, peristiwa itu berawal dari kedatangan A bersama tiga teman seusianya. Mereka bersekolah di sebuah SD swasta di wilayah Bandung Timur. Sekitar pukul 13.00, A pergi les, sedangkan tiga temannya tetap bermain di Gedung Pakuan.
Saat itu tiga bocah tersebut masuk ke kamar kakak A yang juga mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Tanpa disengaja, mereka menemukan senapan angin di kamar itu. RA, salah seorang anak, mengarahkan senapan angin tersebut kepada temannya, RZ. Tanpa disangka, senapan itu berpeluru dan mengenai bagian kepala RZ. Darah menetes di bahu korban.
Petugas Gedung Pakuan baru mengetahui insiden penembakan itu beberapa saat kemudian. Mereka membawa RZ ke RS Borromeus untuk mendapatkan perawatan.
Saat ditanya mengenai pemeriksaan terhadap anak Ahmad Heryawan (kakak A), Tubagus menyatakan bahwa saat peristiwa tersebut terjadi dia tidak berada di TKP (tempat kejadian perkara). Kendati begitu, pihaknya akan memeriksa dia dalam waktu dekat. ''Tidak jadi hari ini (kemarin, Red). Sebab, yang bersangkutan tidak berada di Bandung. Dia kuliah di Jakarta dan sedang UTS (ujian tengah semester, Red),'' ujarnya.
Tubagus menuturkan, senjata yang digunakan pada kecelakaan tersebut adalah senapan angin kaliber 4,5 mm. Senjata tersebut tak harus memiliki izin khusus. ''Sebab, hanya senapan angin. Kalau pistol angin dengan kaliber yang sama, baru harus izin,'' tuturnya.
Dia menegaskan, jenis senapan yang dipakai pada kecelakaan itu hanya perlu mendapatkan pengawasan. ''Jadi, jangan sembarangan dipakai,'' katanya.
Sementara itu, orang tua RZ, Oki Riyanto, 39, mengatakan tidak tahu secara pasti penembakan yang menimpa anaknya. ''Saya hanya dikasih tahu oleh pihak rumah sakit,'' ujarnya saat ditemui di Rumah Sakit Borromeus, Bandung, kemarin.
Selain itu, Oki menuturkan bahwa dirinya juga diberi tahu pengurus Gedung Pakuan pukul 16.00 atau beberapa jam setelah kejadian. ''Saya diminta segera ke rumah sakit. Ini mah kecelakaan,'' katanya. Saat ini kondisi anaknya membaik. ''Terkena (tembak) di bagian belakang kepala. Tapi, peluru masih ada di dalam,'' terangnya.
Oki menyebutkan, sebelumnya RZ dibawa ke sebuah rumah sakit internasional di Bandung dan sempat menjalani rontgen terlebih dahulu. Selanjutnya, RZ dibawa ke RS Borromeus.
Saat ini Oki menyatakan bahwa keluarganya lebih fokus kepada penyembuhan anaknya daripada mencari tahu penyebab kecelakaan tersebut. ''Saya belum bicara ke depan karena masih berkonsentrasi kepada anak saya. Ingin fokus sampai anak benar-benar pulih,'' ujarnya. Dia juga telah berkoordinasi dengan pihak Gedung Pakuan dalam menangani kasus itu.
Oki menceritakan bahwa sebelum kejadian itu, putranya meminta izin untuk menghadiri acara berbuka puasa di Gedung Pakuan. Tak disangka, putranya tersebut mengalami musibah. (dhi/jpnn/c4/dwi)
''Hingga kini, pemeriksaan masih berjalan,'' tutur Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Tubagus Hidayat ketika dihubungi Radar Bandung (Jawa Pos Group) via telepon kemarin (4/9).
Tubagus hanya menyebutkan bahwa para saksi yang diperiksa tersebut, antara lain, petugas cleaning service bernama Suhaya, sopir, dan kepala subbagian rumah dinas bernama Yeni. Belum diketahui hasil penyelidikan polisi karena pemeriksaan dilakukan secara tertutup. Wartawan dilarang meliput pemeriksaan itu.
Insiden penembakan tersebut terjadi sekitar pukul 13.00 Jumat lalu. Saat itu bocah berinisial RZ, 12, tertembak senapan angin di kamar anak Ahmad Heryawan. RZ adalah teman sepermainan A, anak Heryawan yang duduk di bangku sekolah dasar.
Dari informasi yang dihimpun Radar Bandung menyebutkan, peristiwa itu berawal dari kedatangan A bersama tiga teman seusianya. Mereka bersekolah di sebuah SD swasta di wilayah Bandung Timur. Sekitar pukul 13.00, A pergi les, sedangkan tiga temannya tetap bermain di Gedung Pakuan.
Saat itu tiga bocah tersebut masuk ke kamar kakak A yang juga mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Tanpa disengaja, mereka menemukan senapan angin di kamar itu. RA, salah seorang anak, mengarahkan senapan angin tersebut kepada temannya, RZ. Tanpa disangka, senapan itu berpeluru dan mengenai bagian kepala RZ. Darah menetes di bahu korban.
Petugas Gedung Pakuan baru mengetahui insiden penembakan itu beberapa saat kemudian. Mereka membawa RZ ke RS Borromeus untuk mendapatkan perawatan.
Saat ditanya mengenai pemeriksaan terhadap anak Ahmad Heryawan (kakak A), Tubagus menyatakan bahwa saat peristiwa tersebut terjadi dia tidak berada di TKP (tempat kejadian perkara). Kendati begitu, pihaknya akan memeriksa dia dalam waktu dekat. ''Tidak jadi hari ini (kemarin, Red). Sebab, yang bersangkutan tidak berada di Bandung. Dia kuliah di Jakarta dan sedang UTS (ujian tengah semester, Red),'' ujarnya.
Tubagus menuturkan, senjata yang digunakan pada kecelakaan tersebut adalah senapan angin kaliber 4,5 mm. Senjata tersebut tak harus memiliki izin khusus. ''Sebab, hanya senapan angin. Kalau pistol angin dengan kaliber yang sama, baru harus izin,'' tuturnya.
Dia menegaskan, jenis senapan yang dipakai pada kecelakaan itu hanya perlu mendapatkan pengawasan. ''Jadi, jangan sembarangan dipakai,'' katanya.
Sementara itu, orang tua RZ, Oki Riyanto, 39, mengatakan tidak tahu secara pasti penembakan yang menimpa anaknya. ''Saya hanya dikasih tahu oleh pihak rumah sakit,'' ujarnya saat ditemui di Rumah Sakit Borromeus, Bandung, kemarin.
Selain itu, Oki menuturkan bahwa dirinya juga diberi tahu pengurus Gedung Pakuan pukul 16.00 atau beberapa jam setelah kejadian. ''Saya diminta segera ke rumah sakit. Ini mah kecelakaan,'' katanya. Saat ini kondisi anaknya membaik. ''Terkena (tembak) di bagian belakang kepala. Tapi, peluru masih ada di dalam,'' terangnya.
Oki menyebutkan, sebelumnya RZ dibawa ke sebuah rumah sakit internasional di Bandung dan sempat menjalani rontgen terlebih dahulu. Selanjutnya, RZ dibawa ke RS Borromeus.
Saat ini Oki menyatakan bahwa keluarganya lebih fokus kepada penyembuhan anaknya daripada mencari tahu penyebab kecelakaan tersebut. ''Saya belum bicara ke depan karena masih berkonsentrasi kepada anak saya. Ingin fokus sampai anak benar-benar pulih,'' ujarnya. Dia juga telah berkoordinasi dengan pihak Gedung Pakuan dalam menangani kasus itu.
Oki menceritakan bahwa sebelum kejadian itu, putranya meminta izin untuk menghadiri acara berbuka puasa di Gedung Pakuan. Tak disangka, putranya tersebut mengalami musibah. (dhi/jpnn/c4/dwi)
Main Senapan Angin, Pelipis Tertembus Peluru
17/11/2009
Liputan6.com, Madiun: Lantaran bermain senapan angin, seorang bocah kelas lima sekolah dasar bernama Nurdiana di Bandar, Pacitan, Jawa Timur, terpaksa dirawat di rumah sakit. Pasalnya, pelipis bocah itu tertembus peluru.
Peristiwa tragis itu terjadi saat korban bermain bersama kakaknya. Senapan yang sudah dikokang dipanggul sang kakak saat Nurdiana berbaris di belakangnya. Tiba-tiba saja, pelatuk senapan tertarik dan Nurdiana langsung tersungkur.
Nurdiana hingga kini masih harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Dokter Soedhono, Madiun, Jatim. Kendati demikian, peluru belum bisa diambil lantaran keterbatasan alat operasi. Menurut dokter yang menangani, kesadaran bocah ini tidak terganggu.Selengkapnya simak video berita ini.(IRN/YUS)
Liputan6.com, Madiun: Lantaran bermain senapan angin, seorang bocah kelas lima sekolah dasar bernama Nurdiana di Bandar, Pacitan, Jawa Timur, terpaksa dirawat di rumah sakit. Pasalnya, pelipis bocah itu tertembus peluru.
Peristiwa tragis itu terjadi saat korban bermain bersama kakaknya. Senapan yang sudah dikokang dipanggul sang kakak saat Nurdiana berbaris di belakangnya. Tiba-tiba saja, pelatuk senapan tertarik dan Nurdiana langsung tersungkur.
Nurdiana hingga kini masih harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Dokter Soedhono, Madiun, Jatim. Kendati demikian, peluru belum bisa diambil lantaran keterbatasan alat operasi. Menurut dokter yang menangani, kesadaran bocah ini tidak terganggu.Selengkapnya simak video berita ini.(IRN/YUS)
Jumat, 10 September 2010
Dikira Kancil, Teman Sendiri Ditembak
Tidak ada firasat jelek sedikit pun dibenak Ponidi,29, warga transmigrasi di Satuan Pemukiman (SP) Natuna, saat diajak teman sebayanya Hartois (28), untuk berburu pelanduk (kancil, red) di hutan tak jauh dari rumahnya, Kamis (13/5) lalu sekitar pukul 21.00 WIB.
Saat berada dalam hutan mereka berpencar, posisi Ponidi dan Hartois hanya berjarak sekitar sepuluh meter. Berbekal senjata angin sebagai alat berburu, mereka berdua saling mengendap untuk mengincar buruannya.
Hartois yang berada di atas bukit tiba-tiba mendengar suara. Hanya mengandalkan insting dan ketajaman pendengaran, suara yang ada di hadapannya dikira Hartois adalah kancil.
Meskipun dalam keadaan gelap, seperti biasa mereka mampu melihat dan mendengar secara tajam keberadaan kancil saat berburu. Namun kali ini, perkiraannya meleset.
Dengan sekali tarik pelatuk senapan angin milik Hartois ke arah sasaran, sejurus kemudian teriakan pun terdengar dari mulut temannya sendiri Ponidi. Peluru berukuran sebesar kacang kedelai itu, menebus leher bagian kanan dan bersarang di paru-paru.
”Kawan saya kira saya pelanduk. Waktu kena tembak saya langsung lemas dan keluar keringat dingin. Setelah lima menit saya tak bisa berdiri. Teman saya langsung bawa saya ke sini (RSUD),” tuturnya.
Sementara itu ahli bedah RSUD Natuna dr Hassan Nur yang menangani Ponidi mengatakan, kondisi pasien saat ini sudah mulai berangsur membaik. Berdasarkan hasil rontgen, peluru yang bersarang di tubuh pasien tepat berada di dinding paru-paru sebelah kanan. ”Peluru dari leher langsung tembus ke dada dan bersarang di dinding paru-paru. Dan mengakibatkan paru-paru bocor dan mengeluarkan angin,” terangnya.
Untuk itu lanjut Hassan, ia membuat lubang di bagian dada sebelah kanan yang menyambungkan langsung ke paru-paru, menggunakan selang untuk membantu mengeluarkan angin.”Supaya kondisi paru-parunya stabil, kita buatkan lubang untuk membuang angin dari paru-paru yang bocor,” jelasnya.
Selanjutnya untuk melakukan operasi pengangkatan peluru, pihak RSUD Natuna belum memiliki alat. Pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain di luar Natuna. Operasi ini sangat berisiko. Bukan hanya mengambil peluru, tapi karena kondisi paru-parunya bocor.
”Alat di sini (RSUD) belum ada. Jadi pasien harus dirujuk ke rumah sakit di luar Natuna. Karena ini bukan sekadar mengambil peluru, tapi ada kebocoran di paru-paru,” tukasnya. Kini Ponidi hanya bisa pasrah dengan keadaan dan berharap ada dermawan yang terketuk hatinya untuk membantu biaya pengobatan. ***
Saat berada dalam hutan mereka berpencar, posisi Ponidi dan Hartois hanya berjarak sekitar sepuluh meter. Berbekal senjata angin sebagai alat berburu, mereka berdua saling mengendap untuk mengincar buruannya.
Hartois yang berada di atas bukit tiba-tiba mendengar suara. Hanya mengandalkan insting dan ketajaman pendengaran, suara yang ada di hadapannya dikira Hartois adalah kancil.
Meskipun dalam keadaan gelap, seperti biasa mereka mampu melihat dan mendengar secara tajam keberadaan kancil saat berburu. Namun kali ini, perkiraannya meleset.
Dengan sekali tarik pelatuk senapan angin milik Hartois ke arah sasaran, sejurus kemudian teriakan pun terdengar dari mulut temannya sendiri Ponidi. Peluru berukuran sebesar kacang kedelai itu, menebus leher bagian kanan dan bersarang di paru-paru.
”Kawan saya kira saya pelanduk. Waktu kena tembak saya langsung lemas dan keluar keringat dingin. Setelah lima menit saya tak bisa berdiri. Teman saya langsung bawa saya ke sini (RSUD),” tuturnya.
Sementara itu ahli bedah RSUD Natuna dr Hassan Nur yang menangani Ponidi mengatakan, kondisi pasien saat ini sudah mulai berangsur membaik. Berdasarkan hasil rontgen, peluru yang bersarang di tubuh pasien tepat berada di dinding paru-paru sebelah kanan. ”Peluru dari leher langsung tembus ke dada dan bersarang di dinding paru-paru. Dan mengakibatkan paru-paru bocor dan mengeluarkan angin,” terangnya.
Untuk itu lanjut Hassan, ia membuat lubang di bagian dada sebelah kanan yang menyambungkan langsung ke paru-paru, menggunakan selang untuk membantu mengeluarkan angin.”Supaya kondisi paru-parunya stabil, kita buatkan lubang untuk membuang angin dari paru-paru yang bocor,” jelasnya.
Selanjutnya untuk melakukan operasi pengangkatan peluru, pihak RSUD Natuna belum memiliki alat. Pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain di luar Natuna. Operasi ini sangat berisiko. Bukan hanya mengambil peluru, tapi karena kondisi paru-parunya bocor.
”Alat di sini (RSUD) belum ada. Jadi pasien harus dirujuk ke rumah sakit di luar Natuna. Karena ini bukan sekadar mengambil peluru, tapi ada kebocoran di paru-paru,” tukasnya. Kini Ponidi hanya bisa pasrah dengan keadaan dan berharap ada dermawan yang terketuk hatinya untuk membantu biaya pengobatan. ***
Kecelakaan Berburu Seorang Anggota Perbakin Tewas
JEMBER : Nasib malang dialami Chandra Hendroyono (42), saat melakukan perjalanan berburu. Ia tewas akibat kecelakaan karena senapan jenis Moser yang dibawanya secara tidak sengaja tertarik pelatuknya. Akhirnya ia tewas dengan bagian pundak dan kepala hancur tertembus peluru kaliber 30,6 mm.
Kejadian itu berawal saat korban bersama dua orang rekannya dalam perjalanan berburu di Perkebunan PTPN XII Zelandia Padukuhan Sumberayu Desa Karangabayat, Kec Sumberbaru, Sabtu dini hari tadi (5/5/2007).
Saat itu Chandra yang juga Ketua Bidang Perburuan Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) Jawa Timur tengah naik diatas kendaraan jeep Lan Cruiser tahun 1980 untuk menuju lokasi berburu.
Ia di atas kap mobil, sedangkan senapan Mosernya berada di sebelahnya. Diduga karena medan jalan kebun karet yang berat dan mobil berjalan agak oleng, sehingga pelatuk senapan sempat nyantol ke bagian mur pagar kap bagian tas mobil.
Moncong senapan yang mengarah pada Chandra itu langsung mengeluarkan timah panas."Saya waktu itu diatas kap mobil bersama pak Chandra sambil membawa lampu sorot. Mendadak pelatuk senapan itu tertarik dan mengenai kepala pak Chandra hingga berlumuran darah," kata Supadi salah satu saksi saat reka ulang di Polres Jember, kemarin.
Chandra tewas seketika dengan darah berlumuran hingga kebagian kiri bodi mobil. Chandra kemudian dilarikan ke kamar mayat RSUD dr Subandi dan sampai di sana sekitar pukul 04.00 WIB.
Selain Supadi, juga ada seorang lagi yang dimintai saksi yakni Prayogi salah seorang warga Surabaya yang juga anggota polisi.
Dia saat itu bertugas menyetir mobil jeep yang digunakan berburu dan tidak mengetahui saat kecelakaan berlangsung.
Sementara Ketua Harian Perbakin Jember Wagino mengatakan, pihaknya sebelumnya sudah menerima kabar kalau ada anggota Perbakin Jatim akan berburu di Jember. "Kita sudah menerima kabar tewasnya pak Chandra, informasi awal, itu kecelakaan murni," kata Wagino.
Wagino menuturkan kalau Chandra bekerja pada Manajer PT PAL Surabaya berdomisili di Kec Sedati Kab Sidoarjo. Jenazah korban siang kemarin langsung dibawa ke rumah duka di Desa Mojokerep Kec Purwoasri Kab Kediri.
"Pak Chandra memang gemar berburu hingga ke pelosok hutan di Jatim, ia juga atlit nasional menembak era tahun 2000-an," ujarnya.
Sementara Kasat Reskrim Polres Jember AKP Cholilur Rahman mengatakan, usai reka ulang diketahui kalau kasus itu merupakan kecelakaan murni dan tidak ada unsur kesengajaan.
Polisi juga tidak menetapkan satu tersangka pun dalam keelakaan itu.
"Melihat kronologisnya, itu memang kecelakaan saat perjalanan berburu. Jadi kami tidak akan menindaklanjuti, sebab syarat-syarat untuk perburuan sudah resmi semua," kata Cholilur. (Okezone)
Kejadian itu berawal saat korban bersama dua orang rekannya dalam perjalanan berburu di Perkebunan PTPN XII Zelandia Padukuhan Sumberayu Desa Karangabayat, Kec Sumberbaru, Sabtu dini hari tadi (5/5/2007).
Saat itu Chandra yang juga Ketua Bidang Perburuan Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) Jawa Timur tengah naik diatas kendaraan jeep Lan Cruiser tahun 1980 untuk menuju lokasi berburu.
Ia di atas kap mobil, sedangkan senapan Mosernya berada di sebelahnya. Diduga karena medan jalan kebun karet yang berat dan mobil berjalan agak oleng, sehingga pelatuk senapan sempat nyantol ke bagian mur pagar kap bagian tas mobil.
Moncong senapan yang mengarah pada Chandra itu langsung mengeluarkan timah panas."Saya waktu itu diatas kap mobil bersama pak Chandra sambil membawa lampu sorot. Mendadak pelatuk senapan itu tertarik dan mengenai kepala pak Chandra hingga berlumuran darah," kata Supadi salah satu saksi saat reka ulang di Polres Jember, kemarin.
Chandra tewas seketika dengan darah berlumuran hingga kebagian kiri bodi mobil. Chandra kemudian dilarikan ke kamar mayat RSUD dr Subandi dan sampai di sana sekitar pukul 04.00 WIB.
Selain Supadi, juga ada seorang lagi yang dimintai saksi yakni Prayogi salah seorang warga Surabaya yang juga anggota polisi.
Dia saat itu bertugas menyetir mobil jeep yang digunakan berburu dan tidak mengetahui saat kecelakaan berlangsung.
Sementara Ketua Harian Perbakin Jember Wagino mengatakan, pihaknya sebelumnya sudah menerima kabar kalau ada anggota Perbakin Jatim akan berburu di Jember. "Kita sudah menerima kabar tewasnya pak Chandra, informasi awal, itu kecelakaan murni," kata Wagino.
Wagino menuturkan kalau Chandra bekerja pada Manajer PT PAL Surabaya berdomisili di Kec Sedati Kab Sidoarjo. Jenazah korban siang kemarin langsung dibawa ke rumah duka di Desa Mojokerep Kec Purwoasri Kab Kediri.
"Pak Chandra memang gemar berburu hingga ke pelosok hutan di Jatim, ia juga atlit nasional menembak era tahun 2000-an," ujarnya.
Sementara Kasat Reskrim Polres Jember AKP Cholilur Rahman mengatakan, usai reka ulang diketahui kalau kasus itu merupakan kecelakaan murni dan tidak ada unsur kesengajaan.
Polisi juga tidak menetapkan satu tersangka pun dalam keelakaan itu.
"Melihat kronologisnya, itu memang kecelakaan saat perjalanan berburu. Jadi kami tidak akan menindaklanjuti, sebab syarat-syarat untuk perburuan sudah resmi semua," kata Cholilur. (Okezone)
Langganan:
Postingan (Atom)